Selasa, 14 Juli 2009

Siswa MA Walisongo Pecangaan Belajar Menulis Sastra

BEBERAPA bulan yang lalu, penulis novel Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih, Habiburrahman El-Shirazy, berkunjung ke sekolah kami, Madrasah Aliyah Walisongo Pecangaan, Jepara. Pada akhir Juni lalu giliran Matapena Yogyakarta, komunitas yang berkecimpung dengan sastra pop pesantren, datang ke sekolah kami.

Mereka adalah Isma Kazee, Sachree M Daroini, dan Akhiriati Sundari. Selama dua hari satu malam, mereka menjadi motivator dan pengajar dalam "Lokakarya Penulisan Sastra" di sekolah kami.

"Kami memanfaatkan kegiatan tersebut untuk mencari tahu dari para penulis bagaimana cara-cara yang baik dan menghasilkan sebuah cerita yang berkualitas," kata Ulfatun Ni'mah, siswi Kelas XII Jurusan Bahasa.

Sebenarnya dari sesuatu hal yang sangat sederhana dan yang dianggap remeh, bisa dibuat menjadi dasar suatu cerita yaitu ide. Jika dikembangkan, ide tersebut bisa dijadikan sebuah cerita yang berbobot.

Untuk menjadikan cerita itu berbobot, para peserta dianjurkan mencari data yang akurat mengenai suatu hal yang bersifat ilmiah yang ada dalam cerita yang mereka buat.

"Kalau cerita kalian ada yang berbau ilmiah, kalian juga harus mencari referensi yang pas buat isi cerita kalian," tutur Mbak Isma Kazee.

Sachree M Daroini menambahkan, jika ingin mencari referensi tersebut bisa lewat internet, majalah, buku, ataupun sumber yang lain.

Selama dua hari, para peserta diberikan beberapa materi. Di antaranya cara menggali dan merumuskan ide, membuat opening dan ending cerita, memasukkan nilai-nilai kehidupan dalam cerita, dan menggali unsur-unsur ekstrinsik tentang lokalitas daerah penulis. Pada akhir lokakarya, para motivator berpesan agar para peserta tidak malas dan berhenti menulis. (Nur Halimah)

(Kompas, 14 Juli 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar