Cerpen Endah Wahyuningsih
“Brakk…brakk…brak!” Terdengar suara orang menggebrak-gebrak pintu rumah Dinda.
“Brakk…brakk…brak!” Terdengar suara orang menggebrak-gebrak pintu rumah Dinda.
“Din, bukain pintu…!”
Dinda terbangun ketika mendengar suara laki-laki yang kedengarannya sedang mabuk tersebut. Tanpa pikir panjang, dia langsung saja membukakan pintu rumahnya. Tidak salah lagi, orang tersebut adalah Bapak Dinda. Pak Tio namanya, memang tidak aneh lagi kalau dia selalu pulang tengah malam dengan keadaan mabuk seperti itu.
Semenjak Bu Tarmi meninggal, Dinda dan Bapaknya bisa dibilang telah terjerumus dalam pergolakan zaman yang kian lama tidak bisa ditebaknya.
Dinda yang kini masih duduk di kelas 3 SMA itu ternyata juga sebagai wanita malam. Sedangkan Pak Tio adalah bandar judi diantara teman-temannya. Kehidupan malam Dinda memanglah telah menjadi budaya yang biasa dilakukan kaum sosialita di kota-kota besar. Namun nampaknya Dinda kini telah benar-benar lupa akan kodrat dirinya dan justru terjebak dalam pemaknaan kebebasan yang diperolehnya sebagai perempuan.
Akhir-akhir ini Dinda tidak lagi kelihatan di sekolahnya. Padahal ujian akhir sekolah akan diselenggarakan dua bulan lagi.
Bu Rina, wali kelas Dinda begitu khawatir dengan kondisinya. Dan pada hari berikutnya Bu Rina mengajak Lely, teman kelas Dinda untuk mencari tempat tinggal Dinda.
* * * *
“Kamu yakin Lel ini rumah Dinda?” tanya Bu Rina memastikan.
“Kelihatannya sih memang betul Bu….” Jawab Lely meyakinkan.
“Kok kelihatannya sih Lel, kamu kan teman dekatnya.”
“Iya sih Bu, memang benar saya teman dekat Dinda tetapi selama ini dia memang belum pernah mengajak saya ke rumahnya. Dan Ibu tahu kan kalau Dinda tuh orangnya tertutup banget.”
Sesampainya didepan pintu rumah Dinda Bu Rina mencoba mengetuk-ngetuk pintunya.
Tok…tok…tok..! “Permisi.”
Namun kelihatannya tak ada seorang pun di dalam rumah. Tanpa sengaja pintunya pun terdorong oleh Lely dan terbuka. Tampaknya pintu tersebut tidak terkunci. Bu Rina mencoba melihat kedalam semakin jauh Bu Rina menerawang dan dilihatnya ada seorang di dalam kamar yang terkapar tak berdaya. Tanpa pikir panjang keduanya berlari menuju kamar tersebut.
Tak salah lagi, ternyata itu adalah Dinda.
“Din…Dinda….” Bu Dinda mencoba membangunkannya. Dinda membuka matanya yang sayup-sayup itu.
“Bu Rina, Lely….” Dia mencoba menyapa keduanya. Segera mungkin Lely berlari mencari kompres karena saat itu Dinda sedang demam tinggi disertai batuk-batuk yang nampaknya telah lama.
Tak lama kemudian, Pak Tio dating. Lagi-lagi dia selalu pulang dengan keadaan seperti itu. Namanya juga orang hilang akalnya, makanya dia selalu ngamuk-ngamuk dan mencoba mengusir Bu Rina dan Lely. Menanggapi kelakuan Bapak Dinda yang seperti itu keduanya merasa kurang nyaman pastinya. Keduanya berpamitan pulang dan berharap Dinda segera sembuh dan berangkat sekolah seperti sedia kala.
Selang beberapa hari kemudian, akhirnya Dinda memutuskan masuk sekolah walaupun belum sepenuhnya sembuh.
* * * *
“Dinda usah sembuh nih…?” sapa Lely.
“Udah agak mendingan kok Lel.”
“Eh Din, sepulang sekolah nanti aku dan teman mau ngadain penyuluhan di SMA tetangga loh. Mau gabung gak?” Lely mencoba menawarinya.
“Emm…gimana ya. Oke deh sekalian aku mau tahu ekspresi temanku yang satu ini didepan anak-anak SMA yang lain.”
“Hehehe….” Dinda meledek.
Setelah kegiatan penyuluhan TRIAD KRR seperti Seksualitas, NAPZA, HIV/ AIDS usai Dinda nampaknya sangat antusias dengan kegiatan yang diadakan Lely tersebut. Dia pun meminta Lely sebagai konselor sebaya besok.
Keesokan harinya di sekolah. “Lel, udah siapkan…?”
“Iya, mau curhat tentang apaan nih. Tumben banget.”
“Gini Lel….” Dinda menghela nafas panjang dan mencoba menata mentalnya untuk bercerita tentang keluhan-keluhannya.
Dua jam lebih Dinda menyampaikan apa yang terjadi pada dirinya selama ini.
Dari hasil konselingnya tersebut ternyata Lely menyimpulkan bahwa kemungkinan besar Dinda telah dihinggapi virus HIV. Lely pun menyarankan agar dia segera ke klinik VCT untuk memastikan adanya virus tersebut.
Tak salah lagi. Hasil tes menunjukkan bahwa Dinda dinyatakan telah positif HIV. Dinda sangat terpukul mengetahui hal tersebut. Namun Lely selalu memberi motivasi-motivasi padanya. Itu membuat Dinda tetap mempertahankan hidupnya. Padahal dia sempat berpikir akan mengakhiri hidupnya.
Tetapi nada lain menyadarkannya walaupun sekarang dia tercipta sebagai orang dengan HIV/ AIDS (ODHA) namun Dinda tetap saja ingin berjuang memperbaiki dirinya sampai Izrail datang menjemputnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar