Rabu, 13 Juli 2011

Jadilah Pemimpi Sejati

Judul            : Sang Pemimpi
Penulis          : Andrea Hirata
Penerbit       : PT Bentang Pustaka
Cetakan        : 12
Tebal Buku    : 288 Halaman

 
Andrea Hirata, mendengar nama itu tentu akan langsung mengingatkan kita akan sebuah novel best seller. Sebuah buku yang digandrungi oleh semua lapisan masyarakat. Tetralogi yang terdiri atas Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor dan Maryamah Karpov tersebut telah mendapat tempat yang istimewa dihati para pecinta novel. Bukan hanya dari kalangan pelajar dan mahasiswa tapi juga para guru, dosen bahkan pemuka agama mengakui dahsyatnya setiap larik sajaknya menggugah semangat dalam menjalani kehidupan, sesulit apapun.

Novel pembukannya yang berjudul Laskar Pelangi sungguh merupakan novel yang dapat menggugah semangat setiap pembacanya. Novel tersebut menyajikan realitas kehidupan masyarakat Belitong. Yang mampu menumbuhkan motivasi untuk melakukan yang terbaik dalam hidup. Kisah yang tertuang didalamnya mampu menyadarkan pembacanya betapa beruntungnya mereka yang dapat mengenyam pendidikan dan betapa bodohnya karena tidak mensyukuri apa yang telah mereka peroleh dalam hidup.

Para Laskar Pelangi akan membuat kita merasa malu, karena begitu kosongnya hidup kita. Betapa istimewanya mereka. Dalam lingkaran kemiskinan yang menjerat kehidupan, mereka tetap begitu kaya akan semangat, mimpi dan cita.

Karya putra Belitong ini mampu membuat pembacanya terhanyaut. Larut dalam lantunan kata yang membawa kita menyelami dalamnya makna kehidupan. Kemudian mengajak kita terbang, tinggi melintasi setiap batasan dalam diri kita. Laksana sang pemimpi. Buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi akan memaksa kita percaya betapa dahsyatnya kekuatan mimpi. Hingga mampu membuat kita berontak pada nasib yang mengekang kita selama ini. Karena nasib bukan takdir, karenanya jangan pernah menyerah pada nasib.

Tiga tokoh utama dalam novel ini akan membuktikan pada kita bahwa kita pasti dapat melintasi batasan yang selama ini mengekang hidup kita. Betapa pentingnya menjadi seorang pemimpi dengan semangat untuk mewujudkannya. Karena hanya mimpilah yang mereka miliki dalam hidup. Hanya semangat yang mampu membuat mereka bertahan melintasi getirnya kehidupan.

Novel yang menyandang gelar National Best Seller ini berkisah mengenai tiga siswa SMA yang tidak pernah menyerah pada takdir. Para remaja yang tak pernah pupus semangat tersebut adalah Ikal, Arai dan Jimbron. Hanya impian tempat mereka menggantungkan harapan untuk terus hidup dan belajar. Hanya semangat yang membangunkan mereka setiap pukul 02.00 dini hari. Membanting tulang, memeras keringat dalam dinginnya balutan kabut malam. Menjadi seorang kuli ngambat.

Ngambat adalah sebuah pekerjaan mengangkut hasil laut dari perahu nelayan menuju pasar ikan. Berbekal sepotong bambu mereka sempoyongan memikul berbagai tangkapan nelayan menuju pasar ikan. Selama kurang lebih tiga jam mereka melakukan pekerjaan itu setiap harinnya. Baru setelahnya mereka membersihkan diri seadanya dan berangkat kesekolah dengan parfum amis yang melekat dibadan.

Mereka selalu bersama, bahkan tinggal ditempat yang sama yakni disebuah kos sempit didekat dermaga. Mereka memiliki karakteristik dan pandangan yang berbeda mengenai kehidupan. Ikal adalah cerminan masa kecil sang penulis yang begitu tangguh dan tabah menanggung beban hidup. Dia adalah remaja yang selalu realistis dalam menjalani kehidupan, bijaksana, penuh kasih sayang dan sangat setia kawan. Menyunggingkan senyum diwajah orang tuanya adalah tujuan dari setiap langkah yang ditempuhnya. Sesuai dengan nama panggilannya, remaja ini berambut ikal. Agak gondrong dan berbadan kurus.

Sedangkan Arai adalah anak yatim piatu. Yang juga memikul gelar Simpai Keramat atau orang terahir yang tersisa dari satu garis keturunan. Dia sudah menjadi sebatang kara sejak duduk dikelas tiga SD. Beruntung keluarga Ikal yang merupakan saudara jauh dari ibunya bersedia menjadi tumpuan hidupnya. Sebagai anak yang telah menderita sejak kecil, Arai tak pernah terlihat sedih dan mengutuk nasib buruknya. Justru penderitaan itu membuatnya menjadi dewasa, bahkan sebelum waktunya. Dia juga merupakan pribadi penyayang yang penuh perhatian.

Laksana kakak bagi Ikal. Senang memberi kejutan-kejutan kecil yang tak dinyana. Serta memiliki pandangan yang unik mengenai kehidupan. Hidup menurut kaca mata Arai tak pernah membosankan, begitu indah, fantastik dan benar-benar hidup. Tak ada daun yang kembar dari setiap yang gugur dari pohonnya, mungkin itu perumpamaan hidup dalam pandangan Arai.

Dan yang ketiga Jimbron. Dari namanya dapat kita perkirakan bahwa tokoh yang satu ini berbandan gempal dipadu dengan wajah polos dan kekanak-kanakan. Selain gagap, anak asuh pendeta Geovanny ini begitu tergila-gila pada mamalia yang pandai berlari. Fans berat kuda kita yang satu ini adalah gambaran remaja yang tak pernah mengeluh pada takdir. Baginnya hidup sudah diatur sesuai kehendak yang maha kuasa. Susah, senang, kecewa dan derita yang dipikulnya selama ini merupakan takdir.

Karennanya dia selalu bahagia dan bersungguh-sungguh dalam melakukan apapun. Hukuman, pekerjaan dan bermain tak ada beda baginya.
Bukan pemimpi namanya, jika tak memiliki mimpi-mimpi yang tinggi mengudara. Dan mimpi Para kuli ngambat ini bahkan dapat dikatakan terlampau tinggi. Jika ada peribahasa yang mengatakan “bagai pungguk merindukan bulan”. Maka mimpi mereka bagaikan pungguk yang merindukan dipeluk purnama.

“Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkan kakimu di atas altar suci almamater terhebat tiada tara. Sorbone. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteour, Montesquiu, dan Voltaire. Disanlah orang belajar science, sastra dan seni hingga mengubah peradaban…,” seru Pak Balia pada murid-muridnya.
Kata-kata sang kepala sekolah ini bak batu safir yang menghujam ke hati Ikal dan Arai. Bagi mereka kalimat tersebut sudah terkristalkan sebagai sebuah harapan agung dalam satu statemen yang sangat ambisius. Menggantung mimpi mereka lebih tinggi dari pada langit.

Jika tiga sekawan itu saja berani terbang setinggi itu, lantas kenapa kita tidak? Kita sebut saja mereka pemimpi, lantas apa salahnya bercita-cita? Segalannya mungkin didunia ini. Maka mari gantungkan mimpi-mimpi yang lebih tinggi. Nasib tak akan mampu mengekang semangat membara para pemimpi sejati.

Jika ada yang kurang dalam novel ini adalah hilanganya keterkaitan dengan Laskar Pelangi. Sepuluh anggota Laskar Pelangi hampir tidak pernah digoreskan dalam 288 halaman buku ini. Dan juga munculnya karakter yang belum pernah dikenalkan dalam novel tetralogi yang pertama. Arai dan Jimbron. Mereka tiba-tiba saja muncul dan menjadi tokoh utama dalam novel garapan bapak dua anak ini.

Dengan kekurangan dan kelebihannya buku ini tetap istimewa. Karena novel yang tesusun atas 18 mozaik ini menyajikan potret-potret kehidupan meliputi mimpi, perjuangan, pengorbanan dan secuil kisah cinta yang manis. Dibumbui dengan rasa humor yang halus namun memiliki efek filosofis. Setiap alunan kisah dan karakter memiliki power yang begitu kuat, hingga mampu membantu kita memahami secuil makna kehidupan. “Jangan pernah mendahului nasib,” teriak Arai. Bermimpilah dan jadilah pemimpi sejati. (Khuliyatul Hidayah)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar